*_Ulama Ahlussunnah yg difitnah sebagai Toghut Makah itu jenazahnya masih utuh_*
Syeikh Sayyid Muhammad Al Maliki tahu persis kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang di inginkan musuh Islam. Namun peristiwa pahit ini justru menimpa beliau sendiri, sampai-sampai digeser dari kedudukannya sebagai guru besar ilmu hadist di Universitas Ummul Quro Makah. Selain itu kitab-kitab karya keturunan Rasulullah Saw yang meraih gelar doktoralnya dengan cum-laude di Universitas Al Azhar Mesir ini dilarang diedarkan.
Yang paling berat adalah pelarangan halaqahnya (majelis ta'lim) di masjidil Haram yang telah dirintis kakeknya, Sayyid Abbas Almaliki seorang mufti Makah pada zamannya, sebelum berdirinya Kerajaan Arab Saudi. Padahal halaqah tersebut telah menghasilkan ribuan ulama Ahlussunnah wal jamaah dari seluruh dunia, diantaranya ulama Afrika, ulama Eropa dan ulama Asia termasuk dari Indonesia, KH Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim, KH Abdullah Syafi'i, KH Maemun Zubair dll.
Dominasi aliran Wahabi yang lahir bersamaan dengan Kerajaan Arab Saudi, membuat aliran Ahlussunnah wal jamaah terpinggirkan. Hal ini tercermin dengan penutupan pesantren-pesantren diluar aliran Wahabi, termasuk juga dengan dakwah Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki di Makah. Namun semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan selalu menghormati orang orang yang tidak bersependapat dan sealiran dengannya selama masih memiliki pandangan khilaf yang bersumber al-Quran dan Sunah.
Keagresifan ulama -ulama Arab Saudi yang sebenarnya niatnya baik untuk menegakkan syariat islam berdasarkan Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Namun mereka anti dalam perbedaan aqidah, termasuk juga ketua Umum Idarah Al-Buhuts Al-Ilmiyah wal Al-Ifta wa Ad-Da’wah wa Al-Irsyad, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz merasa sangat terganggu dengan beredarnya kitab-kitab yang dikarang oleh Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki. Syech bin Baz menganggap Abuya Maliki mempropagandakan kesesatan, syirik, bid’ah dan kemungkaran.
Maka ulama-ulama Wahabi yang tergabung dalam _Haiah Kibar Al-Ulama_, mengeluarkan pernyataan No. 86 tanggal 11/11/1401H, berisi pengingkaran atas ajakan Maliki kepada syirik kepada Allah, bid’ah, kemungkaran, kesesatan, dan jauh dari manhaj generasi Salaf, yaitu akidah yang bersih dan menyembah Allah dengan benar dalam uluhiyah, rububiyah, kesempurnaan dzat dan sifat-sifat-Nya.
Syaikh Abdullah bin Mani, Hakim Pengadilan Kasasi di wilayah barat dan salah satu anggota Haiah Kibar Al-Ulama menyusun kitab yang berjudul _Hiwar Ma’a Al-Maliki Fi Raddi Munkaraatihi Wa Dhalaalatihi_. Namun isi kitab ini tidak mengesankan sebagai karya ilmiah. Alih-alih memberikan pencerahan, kitab ini justru berisi caci-maki dan fitnah kepada Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, sebuah contoh Ahlaq yang tidak sesuai syariat islam. Selain itu referensi dalilnya juga tidak akurat, menafsirkan Alquran dan Sunnah Nabi Saw secara dangkal.
Sebagai muslim yang kaffah, sebagaimana QS. Al-Hujurat ayat 6, Allah Swt telah memerintahkan kita untuk tabayyun. Marilah kita bandingkan kualitas kitab yang berjudul *_Mafahim Yajibu an Tushahah (Faham-Faham yang Harus Diluruskan) karya Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki_* dengan kitab *_Hiwar Ma’a Al-Maliki Fi Raddi Munkaraatihi Wa Dhalaalatihi karya Syaikh Abdullah bin Mani_*.
Betapa Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki dengan akhlak yang mulia dalam bertutur kata apalagi dalam menuliskan kitab yang kelak diwariskan kepada generasi yang akan datang. Beliau mewariskan khasanah keilmuan Islam yang kaffah yang referensinya hanya diambil dari Alquran dan hadist Rasulullah Saw. Kitab karya Syech Abdullah bin Mani ini telah terbit dalam edisi Indonesia, dengan judul Dialog Bersama Al-Maliki, Bantahan Tuntas Penyimpangan Dan Kesesatan Al-Maliki, Penerbit Nashirul Haq, Penerjemah Tim Nashirul Haq (Cetakan 3-1424H/5/2003M).
Mencontoh guru-gurunya di Arab Saudi, tidak heran bila beberapa ustadz Indonesia terutama lulusan Arab Saudi cenderung menyesatkan Syeikh Sayyid Muhammad Al Maliki. Hal ini membuat ketersinggungan umat Muslim, khususnya kalangan ahlussunnah wal jamaah. Akibatnya beberapa ustadz pernah ditolak berdakwah di Banjarmasin - Kalimantan Selatan, Sidoarjo- Jawa Timur, Tegal - Jawa Tengah dan terakhir di Banda Aceh. Masyarakat setempat menganggap aliran Ustadz-Ustadz yang Wahabi tidak sejalan dengan aliran Ahlussunnah wal jamaah yang dianut oleh mayoritas muslim di Indonesia.
*Utuhnya jasad Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki*
*Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-hafizh*, warga asli Makah, lahir di Makah. Dipersiapkan oleh keluarganya sebagai intelektual muslim, tidak heran jika telah hafal Alquran dan hafal kitab hadist Al Muwatta karya Imam Maliki sejak usia dini. Muhadist abad ke-20 ini wafat pada malam Jum’at tanggal 15 Ramadhan 1425 H/ 29 Oktober 2004 M, dimakamkan di Ma'la Makah pada blok 102 baris nomor 56 berdekatan dengan Makam Sayyidati Khadijah Ra (istri Rasulullah Saw). Ciri khas makam beliau adalah nisannya berupa batu berdiri.
Karena keterbatasan lahan pemakaman Ma'la, pemerintah Arab Saudi memberlakukan polecy bahwa setiap makam yang sudah berusia 1 tahun harus dibongkar, kemudian tulangnya dipindahkan untuk ditempati jenazah lain. Tidak terkecuali juga jenazah Sayyid Muhammad bin Alawi al-Hasani al-Maliki.
_Keutuhan jenazah Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki adalah bantahan fitnah dari ulama Wahabi_
Pada saat pembongkaran pertama, ternyata jasad beliau masih utuh dan mengeluarkan bau yang sangat harum, akhirnya makam ditutup kembali. Dua tahun kemudian pembongkaran makam diulang kembali, ternyata jenazah beliau masih utuh dan mengeluarkan bau yang lebih harum. Bahkan, kuku dan rambutnya terlihat bertambah panjang. Para petugas makam pun mengurungkan niat untuk memindahkan kerangka beliau.
Pada tahun 2009, untuk yang ketiga kalinya, pemerintah Kota Mekkah mengundang keluarga kembali membuka Makam Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, ternyata jenazah beliau masih tetap utuh. Menurut ustadz Farid Abu Zabibah yang turut menyaksikan pembongkaran ini, selain kondisi jasad masih utuh, mengeluarkan juga bau yang sangat harum melebihi harumnya kayu gahru. Seluruh peristiwa pembongkaran makam tersebut rupanya tidak luput dari perhatian masyarakat Arab Saudi baik secara langsung maupun lewat media massa.
Kondisi utuhnya jenazah ulama besar ahlussunnah wal jamaah ini, menjadi jawaban stigma buruk dari pemerintah Arab Saudi dan ulama-ulama Wahabi terhadap nama baik Prof Dr Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki. Sebelumnya mereka membully Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki sebagai Toghut Makah, tokoh sesat, tokoh bid'ah yang menyebarkan kekufuran.
Akibatnya masyarakat Arab Saudi banyak yang bertaubat, mereka akhirnya kembali meyakini Aqidah Ahlus sunnah wal jamaah yang dianut Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki. Padahal sebelumnya mereka meyakini faham Wahabi yang diakui Pemerintah Arab Saudi.
Subhanallah, berkat pertolongan Allah Swt, Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki sabar dalam menerima fitnah tersebut. Untuk membersihkan namanya dan demi dakwah yang benar, beliau akhirnya melakukan tabayyun kepada Pemerintah Arab Saudi termasuk juga ulama-ulama Wahabi. Dalam tabayyun tersebut Abuya Maliki membantah argumen ajaran Wahabi dengan dalil-dalil dari Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Yang mencengangkan, beliau juga menyampaikan argumentasi dari kitab-kitab karya Syech Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri Wahabi) dan kitab karya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyum Aljauzi, ulama rujukan aqidah Salafi Wahabi.
Sejak tabayyun tersebut, stigma negatif terhadap Abuya Maliki dicabut, namanya direhabilitasi. Gelar Profesor yang sempat dibekukan diberikan kembali. Meskipun diijinkan untuk mengajar di seluruh perguruan tinggi di Arab Saudi, tetapi beliau menolak dan memilih berkonsentrasi untuk mengajar di pesantren miliknya di Makah. Seluruh santri dari manca negara belajar gratis, bahkan saat tamat diberikan bekal untuk berdakwah di tempat asalnya masing-masing.
Materi tabayyun tentang kesalahan aqidah wahabi dan kebenaran aqidah Ahlus sunnah wal jamaah dirangkum dalam Kitab *MAFAHIM YAJIBU AN TUSHAHAH* (Pemahaman Yang Harus Diluruskan). Kitab ini sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk kedalam bahasa indonesia.
Dalam rangka haul beliau ke-16 pada 15 Ramadhan 1441 ini, mohon keikhlasannya mengirimkan Alfatehah untuk beliau.
Alfatehah.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar