Selasa, 16 Juni 2020

KAROMAH SYAIKHONA KHOLIL BANGKALAN.

Syaikhona M. Kholil Bangkalan dan Kekuatan Perbanyak membaca Istighfar

Siapa sih yang tidak mengenal beliau? Namanya sudah terkenal di kalangan santri maupun masyarakat luas. Beliau adalah Ulama’ yang kharismatik, lahir di Kemayoran Bangkalan, Bangkalan, Jawa Timur era Belanda pada tahun 1235 H/ 1820 M. Beliau wafat pada Jum’at, 29 Ramadhan 1343 H / 24 April 1925 M. Beliau juga ada hubungan darah dengan Sunan Gunung Djati. Syaikhona M. Kholil bin KH. Abdul Lathif bin Kiai Hamim bin Kiai Abdul Karim bin Kiai Muharram bin Kiai Asror Karomah bin Kiai Abdullah bin Sayyid Sulaiman Basyaiban (cucu Sunan Gunung Djati dari pihak ibu).

Ketika masih kecil, beliau sangat haus akan ilmu, terutama ilmu fiqh dan ilmu nahwu, bahkan beliau sudah hafal 1002 bait Al-fiyyah Ibnu Malik di usia muda. Tak hanya itu, beliau juga seorang Hafidz Al-Qur’an dalam qira’at sab’ah. Setelah beliau di didik orang tuanya, kemudian beliau dikirim orang tuanya untuk menempuh pendidikan kepada Kiai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Kemudian di Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian di Pondok Pesantren Kebocandi, dan juga belajar kepada Kiai Nur Hasan di Pondok Pesantren Sidogiri. Ketika beliau berumur 24 tahun, beliau menikahi Nyai Asyik, putri Lodra Putih. Setelah menikah, beliau berkelana ke Makkah, untuk belajar kepada Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Utsman bin Hassan ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syekh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, dan Syekh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani. Adapun salah satu karya beliau adalah kitab Al-Matnus Syarif al-Mulaqqab bi Fat-hil Latif yaitu kitab yang menjelaskan mengenai dasar dasar hukum Islam (ilmu Fiqh). Kitab 52 halaman ini sangat menarik, meskipun terkesan rumit tapi beliau Syekh M. Kholil menjadikannya sedemikian lugas dan mudah di pahami.

Murid-murid beliau banyak sekali, sebagian diantaranya adalah:

1. K.H. Muhammad Hasan Sepuh: pendiri Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo

2. K.H. Hasyim Asy’ari: pendiri Nahdlatul ‘Ulama, pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang

3. K.H. Abdul Wahab Hasbullah: pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang

4. K.H. Bisri Syansuri: pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang

5. K.H. Manaf Abdul Karim: pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri

6. K.H. Ma’shoem Ahmad : pendiri Pondok Pesantren Al-Hidayat Lasem, Rembang (Ayah KH. Ali Ma’shum)

7. K.H. Munawwir: pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta

8. K.H. Bisri Mustofa: pendiri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang (Ayah Gus Mus)

9. K.H. Nawawi: pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan

10. K.H. Ahmad Shiddiq: pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah, Jember

11. K.H. As’ad Syamsul Arifin: pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Asembagus, Situbondo

12. K.H. Abdul Majjid: Batabata, Pamekasan

13. K.H. Toha: pendiri Pondok Pesantren Batabata, Pamekasan

14. K.H. Abi Sujak: pendiri Pondok Pesantren Astatinggi, Kebunagung, Sumenep

15. K.H. Usymuni: pendiri Pondok Pesantren Pandian, Sumenep

16. K.H. Zaini Mun’im: Paiton, Probolinggo

17. K.H. Khozin: Buduran, Sidoarjo

18. K.H. Abdullah Mubarok: pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya

19. K.H. Mustofa: pendiri Pondok Pesantren Macan Putih, Blambangan

20. K.H. Asy’ari: pendiri Pondok Pesantren Darut Tholabah, Wonosari, Bondowoso

21. K.H. Sayyid Ali Bafaqih: pendiri Pondok Pesantren Loloan Barat, Bali

22. K.H. Ali Wafa: Tempurejo, Jember

23. K.H. Munajad: Kertosono, Nganjuk

24. K.H. Abdul Fatah: pendiri Pondok Pesantren Al-Fattah, Tulungagung

25. K.H. Zainul Abidin: Kraksaan, Probolinggo

26. K.H. Zainuddin: Nganjuk

27. K.H. Abdul Hadi: Lamongan

28. K.H. Zainur Rasyid: Kironggo, Bondowoso

29. K.H. Karimullah: pendiri Pondok Pesantren Curah Damai, Bondowoso

30. K.H. Muhammad Thohir Jamaluddin: pendiri Pondok Pesantren Sumber Gayam, Madura

31. K.H. Hasan Mustofa: Garut

32. K.H. Raden Fakih Maskumambang: Gresik

33. Ir. Soekarno: Presiden RI pertama, menurut penuturan K.H. As’ad Samsul Arifin, Bung Karno meski tidak resmi sebagai murid Syekh M. Kholil, namun ketika sowan ke Bangkalan, Syekh M. Kholil memegang kepala Bung Karno dan meniup ubun-ubunya.

Salah satu amalan sukses, banyak harta dan anak, serta kaya raya versi Syekh M. Kholil adalah memperbanyak baca istighfar.

Pernah suatu ketika beliau mendapatkan 3 tamu yang menghadap bersamaan. Kemudian Syekh M. Kholil bertanya satu- persatu kepada mereka.

Ketika tamu pertama di tanya Syekh M. Kholil ada keperluan apa, sang tamu pertama menjawab :”

“Saya pedagang, Syekh. Tidak mendapatkan hasil, malah rugi terus-menerus.” Kemudian Syekh M. Kholil menjawab: “Jika kamu ingin berhasil dalam berdagang, maka perbanyak baca istighfar.”

Kemudian tamu ke dua berkata: “Saya sudah berkeluarga selama 18 tahun Syekh, tapi sampai saat ini masih belum diberi keturunan.” Lalu Syekh M. Kholil menjawab: “Jika kamu ingin punya keturunan, maka perbanyak baca istighfar.” Kemudian giliran tamu yang ketiga berkata: “Saya usaha tani, Syekh. Namun, makin hari hutang saya semakin banyak, sehingga tak mampu membayarnya.” lalu, Syekh M. Kholil menjawab: “Jika kamu ingin berhasil dan mampu melunasi hutangmu, maka perbanyak baca istighfar.”

Beberapa santri Syekh M. Kholil yang melihat peristiwa itu merasa heran. Masalah yang berbeda, tapi dengan jawaban yang sama, resep yang sama, yaitu memperbanyak membaca istighfar. Syekh Kholil yang mengetahui keheranan para santri, setelah tamunya pulang, para santri yang penuh tanda tanya tadi di panggil. Lalu, Syekh M. Kholil membacakan Al-Qur’an :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا(10)

يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11)

وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

QS. Nuh ayat 10-12 yang artinya: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” Mendengar jawaban beliau tersebut, para santri mengerti bahwa jawaban itu memang merupakan janji Allah kepada siapa saja yang memperbanyak baca istighfar. Memang benar, tak lama setelah kejadian itu, ketiga tamunya semuanya berhasil atas apa yang dihajatkan.

MashaAllah, begitu kharismatik sekali beliau, dan ilmu yang di berikan kepada santri-santrinya. Semoga kita dilancarkan segala urusan, serta di berikan yang terbaik dan yang paling baik untuk kita semua. Jangan lupa memperbanyak baca istighfar dan shalawat. Apalagi di bulan suci Ramadhan ini, InshaAllah pahala kita akan berlipat ganda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar